Wednesday, September 24, 2008

Kisah di bawah ini adalah kisah yang saya dapat dari milis alumni Jerman,atau warga Indonesia yg bermukim atau pernah bermukim di sana.Demikian layak untuk dibaca beberapa menit, dan direnungkan seumur hidup.Saya adalah ibu dari tiga orang anak dan baru saja menyelesaikan kuliahsaya. Kelas terakhir yang harus saya ambil adalah Sosiologi.Sang Dosen sangat inspiratif, dengan kualitas yang saya harapkan setiaporang memilikinya.Tugas terakhir yang diberikan ke para siswanya diberi nama "Smiling."Seluruh siswa diminta untuk pergi ke luar dan memberikan senyumnyakepada tiga orang asing yang ditemuinya dan mendokumentasikan reaksimereka. Setelah itu setiap siswa diminta untuk mempresentasikandidepan kelas. Saya adalah seorang yang periang, mudah bersahabat danselalu tersenyum pada setiap orang. Jadi, saya pikir,tugas ini sangatlahmudah.Setelah menerima tugas tsb, saya bergegas menemui suami saya dan anakbungsu saya yang menunggu di taman di halaman kampus, untuk pergikerestoran McDonald's yang berada di sekitar kampus. Pagi itu udaranyasangat dingin dan kering. Sewaktu suami saya akan masuk dalam antrian,saya menyela dan meminta agar dia saja yang menemani si Bungsu sambilmencari tempat duduk yang masih kosong.Ketika saya sedang dalam antrian, menunggu untuk dilayani, mendadak setiaporang di sekitar kami bergerak menyingkir, dan bahkan orangyang semula antri dibelakang saya ikut menyingkir keluar dari antrian.Suatu perasaan panik menguasai diri saya, ketika berbalik dan melihatmengapa mereka semua pada menyingkir ? Saat berbalik itulah sayamembaui suatu "bau badan kotor" yang cukup menyengat, ternyata tepat dibelakang saya berdiri dua orang lelaki tunawisma yang sangat dekil!Saya bingung, dan tidak mampu bergerak sama sekali.Ketika saya menunduk, tanpa sengaja mata saya menatap laki-laki yang lebihpendek, yang berdiri lebih dekat dengan saya, dan ia sedang"tersenyum" kearah saya. Lelaki ini bermata biru, sorot matanya tajam, tapijuga memancarkan kasih sayang. Ia menatap kearah saya, seolah iameminta agar saya dapat menerima 'kehadirannya' ditempat itu.Ia menyapa "Good day!" sambil tetap tersenyum dan sembari menghitungbeberapa koin yang disiapkan untuk membayar makanan yang akan dipesan.Secara spontan saya membalas senyumnya, dan seketika teringat oleh saya'tugas' yang diberikan oleh dosen saya. Lelaki kedua sedangmemainkan tangannya dengan gerakan aneh berdiri di belakang temannya.Saya segera menyadari bahwa lelaki kedua itu menderita defisiensi mental,dan lelaki dengan mata biru itu adalah "penolong"nya. Sayamerasa sangat prihatin setelah mengetahui bahwa ternyata dalam antrian itukini hanya tinggal saya bersama mereka,dan kami bertiga tiba2 sajasudah sampai didepan counter.Ketika wanita muda di counter menanyakan kepada saya apa yang ingin sayapesan, saya persilahkan kedua lelaki ini untuk memesan duluan.Lelaki bermata biru segera memesan "Kopi saja, satu cangkir Nona."Ternyata dari koin yang terkumpul hanya itulah yang mampu dibeli olehmereka (sudah menjadi aturan direstoran disini, jika ingin duduk di dalamrestoran dan menghangatkan tubuh, maka orang harus membelisesuatu). Dan tampaknya kedua orang ini hanya ingin menghangatkan badan.Tiba2 saja saya diserang oleh rasa iba yang membuat saya sempat terpakubeberapa saat, sambil mata saya mengikuti langkah merekamencari tempat duduk yang jauh terpisah dari tamu2 lainnya, yang hampirsemuanya sedang mengamati mereka.. Pada saat yang bersamaan, saya barumenyadari bahwa saat itu semua mata di restoran itu juga sedang tertuju kediri saya, dan pasti juga melihat semua 'tindakan' saya.Saya baru tersadar setelah petugas di counter itu menyapa saya untuk ketigakalinya menanyakan apa yang ingin saya pesan. Saya tersenyumdan minta diberikan dua paket makan pagi (diluar pesanan saya) dalam nampanterpisah.Setelah membayar semua pesanan, saya minta bantuan petugas lain yang ada dicounter itu untuk mengantarkan nampan pesanan saya kemeja/tempat duduk suami dan anak saya. Sementara saya membawa nampanlainnya berjalan melingkari sudut kearah meja yang telah dipilih kedualelaki itu untuk beristirahat. Saya letakkan nampan berisi makanan itu diatas mejanya, dan meletakkan tangan saya di atas punggung telapaktangan dingin lelaki bemata biru itu, sambil saya berucap "makanan initelah saya pesan untuk kalian berdua."Kembali mata biru itu menatap dalam ke arah saya, kini mata itu mulai basahber-kaca2 dan dia hanya mampu berkata "Terima kasih banyak,nyonya." Saya mencoba tetap menguasai diri saya, sambil menepuk bahunyasaya berkata "Sesungguhnya bukan saya yang melakukan ini untuk kalian,Tuhan juga berada di sekitar sini dan telah membisikkan sesuatu ketelingasaya untuk menyampaikan makanan ini kepada kalian."Mendengar ucapan saya, si Mata Biru tidak kuasa menahan haru dan memeluklelaki kedua sambil terisak-isak. Saat itu ingin sekali sayamerengkuh kedua lelaki itu.Saya sudah tidak dapat menahan tangis ketika saya berjalan meninggalkanmereka dan bergabung dengan suami dan anak saya, yangtidak jauh dari tempat duduk mereka. Ketika saya duduk suami saya mencobameredakan tangis saya sambil tersenyum dan berkata"Sekarang saya tahu, kenapa Tuhan mengirimkan dirimu menjadi istriku, yangpasti, untuk memberikan 'keteduhan' bagi diriku dan anak-2ku! " Kami salingberpegangan tangan beberapa saat dan saat itu kami benar2 bersyukur danmenyadari,bahwa hanya karena 'bisikanNYA' lah kami telah mampu memanfaatkan'kesempatan' untuk dapat berbuat sesuatu bagi orang lain yang sedang sangatmembutuhkan.Ketika kami sedang menyantap makanan, dimulai dari tamu yang akanmeninggalkan restoran dan disusul oleh beberapa tamu lainnya, merekasatu persatu menghampiri meja kami, untuk sekedar ingin 'berjabat tangan'dengan kami. Salah satu diantaranya, seorang bapak, memegangitangan saya, dan berucap "Tanganmu ini telah memberikan pelajaran yangmahal bagi kami semua yang berada disini, jika suatu saat saya diberikesempatan olehNYA, saya akan lakukan seperti yang telah kamu contohkantadi kepada kami."Saya hanya bisa berucap "terimakasih" sambil tersenyum. Sebelum beranjakmeninggalkan restoran saya sempatkan untuk melihat kearahkedua lelaki itu, dan seolah ada 'magnit' yang menghubungkan bathin kami,mereka langsung menoleh kearah kami sambil tersenyum, lalumelambai-2kan tangannya kearah kami. Dalam perjalanan pulang sayamerenungkan kembali apa yang telah saya lakukan terhadap kedua orangtunawisma tadi, itu benar2 'tindakan' yang tidak pernah terpikir oleh saya.Pengalaman hari itu menunjukkan kepada saya betapa 'kasihsayang' Tuhan itu sangat HANGAT dan INDAH sekali!Saya kembali ke college, pada hari terakhir kuliah dengan 'cerita' iniditangan saya. Saya menyerahkan 'paper' saya kepada dosen saya. Dankeesokan harinya, sebelum memulai kuliahnya saya dipanggil dosen saya kedepan kelas, ia melihat kepada saya dan berkata, "Bolehkah saya membagikanceritamu ini kepada yang lain?" dengan senang hati saya mengiyakan. Ketikaakan memulai kuliahnya dia meminta perhatian dari kelas untuk membacakanpaper saya. Ia mulai membaca, para siswapun mendengarkan dengan seksamacerita sang dosen, dan ruangan kuliah menjadi sunyi. Dengan cara dangaya yang dimiliki sang dosen dalam membawakan ceritanya, membuat parasiswa yang hadir di ruang kuliah itu seolah ikut melihat bagaimanasesungguhnya kejadian itu berlangsung, sehingga para siswi yang duduk dideretan belakang didekat saya diantaranya datang memeluk saya untukmengungkapkan perasaan harunya.Diakhir pembacaan paper tersebut, sang dosen sengaja menutup ceritanyadengan mengutip salah satu kalimat yang saya tulis diakhir paper saya."Tersenyumlah dengan 'HATImu', dan kau akan mengetahui betapa 'dahsyat'dampak yang ditimbulkan oleh senyummu itu."Dengan caraNYA sendiri, Tuhan telah 'menggunakan' diri saya untuk menyentuhorang-orang yang ada di McDonald's, suamiku, anakku, guruku,dan setiap siswa yang menghadiri kuliah di malam terakhir saya sebagaimahasiswi. Saya lulus dengan 1 pelajaran terbesar yang tidak pernahsaya dapatkan di bangku kuliah manapun, yaitu: "PENERIMAAN TANPA SYARAT."Banyak cerita tentang kasih sayang yang ditulis untuk bisa diresapi olehpara pembacanya, namun bagi siapa saja yang sempat membaca danmemaknai cerita ini diharapkan dapat mengambil pelajaran bagaimana caraMENCINTAI SESAMA, DENGAN MEMANFAATKAN SEDIKITHARTA-BENDA YANG KITA MILIKI, dan bukannya MENCINTAI HARTA-BENDA YANG BUKANMILIK KITA, DENGAN MEMANFAATKANSESAMA!Jika anda berpikir bahwa cerita ini telah menyentuh hati anda, teruskancerita ini kepada orang2 terdekat anda. Disini ada 'malaikat'yang akan menyertai anda, agar setidaknya orang yang membaca cerita iniakan tergerak hatinya untuk bisa berbuat sesuatu (sekecil apapun)bagi sesama yang sedang membutuhkan uluran tangannya!Orang bijak mengatakan: Banyak orang yang datang dan pergi darikehidupanmu, tetapi hanya 'sahabat yang bijak' yang akan meninggalkanJEJAK di dalam hatimu.Untuk berinteraksi dengan dirimu, gunakan nalarmu. Tetapi untukberinteraksi dengan orang lain, gunakan HATImu! Orang yang kehilanganuang, akan kehilangan banyak, orang yang kehilangan teman, akan kehilanganlebih banyak! Tapi orang yang kehilangan keyakinan, akankehilangan semuanya! Tuhan menjamin akan memberikan kepada setiap hewanmakanan bagi mereka, tetapi DIA tidak melemparkan makanan itu kedalam sarang mereka, hewan itu tetap harus BERIKHTIAR untuk bisamendapatkannya.Orang-orang muda yang 'cantik' adalah hasil kerja alam, tetapi orang-orangtua yang 'cantik' adalah hasil karya seni. Belajarlah dariPENGALAMAN MEREKA, karena engkau tidak dapat hidup cukup lama untuk bisamendapatkan semua itu dari pengalaman dirimu sendiri

Monday, September 22, 2008

Palladium Ramadhan Fair

Suasana pameran di Palladium

Monday, September 1, 2008

Sambil menunggu "Sertijab" dimulai, Trio "Libels" Photo bersama dulu di R Nadasela Kandatel Medan.

Sent directly from e90.